Persilangan Dihibrid, Berikut Penjelasan Lengkapnya!

Persilangan Dihibrid

Persilangan dihibrid adalah persilangan antara dua individu dengan dua sifat yang berbeda. 

Persilangan dihibrid adalah persilangan yang lebih kompleks dibandingkan dengan persilangan monohibrid. Hal ini terjadi karena persilangan dihibrid menghasilkan dua individu yang tentunya menghasilkan kromosom yang lebih kompleks daripada persilangan monohibrid.

Persilangan dihibrid adalah persilangan yang kompleks karena  berasal dari dua buah sifat genetik orang tua yang kemungkinan akan menghasilkan keturunan yaitu homozigot maupun heterozigot. 

Adapun Persilangan dihibrid dilandasi oleh hukum II Mendel atau hukum asotasi tentang persilangan bebas yang berbunyi: “Pada pembentukan gamet, setiap gen dapat bergabung atau berasortasi secara bebas”.

Artinya, kedua sifat pada persilangan dihibrid tidak memengaruhi satu sama lain dan bisa diekspresikan secara bebas.

Hal ini membuktikan bahwa gen terpisah pada lokus kromosom yang terpisah atau pada kromosom yang berbeda. Sehingga, kedua gen tidak terhubung.

Persilangan Dihibrid kelas 10

Pewarisan sifat atau hereditas merupakan penurunan sifat dari induk (orang tua) kepada keturunannya (anak). Ilmu yang mempelajari tentang pewarisan sifat ini disebut genetika.Sifat-sifat suatu makhluk hidup diwariskan melalui sel kelamin jantan dan sel kelamin betina.  

Pewarisan sifat dipelajari pertama kali oleh Gregor Johann Mendel (1822–1884). Mendel melakukan percobaan pewarisan sifat pada tanaman ercis (Pisum sativum).

Ada beberapa alasan mengapa tanaman ercis dipilih oleh Mendel untuk memulai percobaannya ini, di antaranya sebagai berikut:

  1. Tanaman ercis (Pisum sativum) memiliki variasi yang cukup kontras, di antaranya: warna biji (kuning dan hijau), kulit biji  (kisut dan halus), bentuk buah/polong (alus dan bergelombang), warna bunga (ungu dan putih), tinggi batang (panjang dan pendek).
  2. Dapat melakukan penyerbukan sendiri
  3. Cepat menghasilkan keturunan
  4. Mudah dikawin silangkan.

Mendel kemudian merumuskan suatu hipotesis bahwa sifat yang ada pada organisme akan diturunkan secara bebas atau dikenal dengan Hukum I Mendel. Terjadi pada persilangan monohibrid. 

Persilangan monohibrid merupakan persilangan yang hanya menggunakan satu macam gen yang berbeda atau menggunakan satu sifat beda. Misalnya persilangan antar warna (merah dengan putih), persilangan bentuk (bulat dengan kisut).

Adapun ada percobaan berikutnya Mendel menemukan bahwa setiap sifat dari kedua induk diturunkan secara bebas dan tidak terikat dengan sifat yang lainnya sehingga Mendel menamakannya hukum pemisahan secara bebas atau disebut Hukum II Mendel. 

Terjadi pada persilangan Dihibrid. Persilangan dihibrid merupakan persilangan yang menggunakan dua tanda beda atau dua pasangan kromosom yang berbeda. Misalnya adalah persilangan warna-bentuk (hijau-bulat dengan kuning-kisut).

Dalam pewarisan sifat dikenal beberapa istilah antara lain:

  1. Parental : Induk
  2. Filial : Keturunan
  3. Gamet : Sel Kelamin
  4. Fenotip : Ekspresi sifat individu yang tampak oleh indra
  5. Genotip : Ekspresi sifat individu yang tak terlihat dan terekdpresi dalam gen
  6. Dominan : Sifat yang muncul
  7. Resesif : Sifat yang tertutupi
  8. Homozigot : Susunan gen pada organisme yang memiliki pasangan alel yang sama (TT)
  9. Heterozigot  : Susunan gen pada organisme yang memiliki pasangan alel yang berbeda (Tt)
  10. Intermediet : Sifat tersembunyi yang akan muncul jika gen dalam keadaan homozigot
  11. Alel : Pasangan gen dari 2 kromosom homolog dan terletak dalam lokus yang sama
  12. Lokus : Lokasi khusus gen dalam kromosom
  13. Galur Murni  : Tanaman yang memiliki keturunan yang sama dari generasi ke generasi.

 

Monohibrid

Persilangan bunga berwarna merah dan bunga warna putih menghasilkan bunga berwarna merah. Karena menghasilkan warna merah maka sifat merah dominan (disimbolkan huruf kapital).

Bagan persilangannya sebagai berikut:  

Parental 1: merah  x  putih

Genotip: MM  x  mm

Gamet: M  x  m

Filial 1: Merah (Mm)

Parental 2: merah  x  merah

Genotip: Mm  x  Mm

Gamet: M dan m  x  M dan m

Filial 2:  

1 MM = merah

2 Mm = merah

1 mm = putih

 

Dihibrid

Persilangan antara tanaman mangga berdaging tebal rasa asam (TTmm) dengan mangga berdaging tipis-rasa manis (ttMM) sebagai berikut:

Parental 1: tebal asam  x  tipis manis

Genotip: TTmm  x  ttMM

Gamet: Tm  x  tM

Filial 1: TtMm (tebal manis)

Parental 2: TtMm  x  TtMm

Genotip: TM, Tm, tM, tm  x  TM, Tm, tM, tm

Filial 2:  

1 TTMM = tebal manis (homozygot)

2 TTMm = tebal manis

2 TtMM = tebal manis

4 TtMm = tebal manis (heterozygot)

1 TTmm = tebal manis

4 Ttmm = tebal asam

1 ttMM = tipis manis

2 ttMm = tipis manis

1 ttmm = tipis asam (homozygot)

Perbandingan genotip F2 adalah:

TTMM : TTMm : TtMM : TtMm : TTmm : Ttmm : ttMM : ttMm : ttmm = 1 : 2 : 2 : 4 : 1 : 2 : 1: 2 : 1

Perbandingan fenotip F2 adalah  

Tebal manis : tebal asam : tipis manis : tipis asam = 9 : 3 : 3 : 1

Kesimpulan

Dari pembahasan di atas maka dapat diketahui bahwa perbandingan fenotip dan genotip pada F2 pada:

  • Monohibrid

Perbandingan genotip

MM : Mm : mm = 1 : 2 : 1

Adapun perbandingan fenotip:

Merah : putih = 3 : 1

  • Dihibrid

Perbandingan genotip F2 adalah:

TTMM : TTMm : TtMM : TtMm : TTmm : Ttmm : ttMM : ttMm : ttmm = 1 : 2 : 2 : 4 : 1 : 2 : 1: 2 : 1

Perbandingan fenotip F2 adalah  

Tebal manis : tebal asam : tipis manis : tipis asam = 9 : 3 : 3 : 1

Demikianlah pembahasan tentang persilangan dihibrid yang bisa kamu pelajari dan kamu pahami semoga artikel ini bermanfaat dan terima kasih. 

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *