Ekologi hewan merupakan cabang ekologi dengan fokus kajian pada hewan, sehingga didefinisikan sebagai ilmu yang mempelajari hubungan interaksi antara hewan dengan lingkungannya.
Studi tentang distribusi hewan dimulai pada abad ke-19, tetapi secara formal perkembangan ekologi hewan baru dimulai pada tahun 1920-an. Ahli zoologi Inggris Charles Elton, yang menekankan pada studi populasi di alam liar, barang kali merupakan sosok yang paling berpengaruh.
Elton bekerja lebih sering dengan hewan bernilai komersial, menyusun sejumlah konsep terminologi ahli alam, yang meliputi relung ekologi (niche), rantai makanan, piramida jumlah.
Piramida jumlah menunjukkan pengurangan jumlah individu organisme, atau total kuantitas (berat) organisme pada setiap tahap suksesif dalam rantai makanan, dari tumbuhan dan hewan pemakan tumbuhan (herbivora) pada level bawah ke level yang lebih atas (karnivora besar) pada puncaknya.
Hewan memiliki karakteristik yang meliputi: organisme multiseluler atau tubuhnya tersusun atas banyak sel, heterotrof atau tidak mampu menyintesis makanan sendiri, diploid atau kromosom terdiri atas dua alel, dan sel tubuhnya bersifat eukariotik atau inti sel diselubungi oleh membran atau salut inti.
Dalam sistem klasifikasi 5 kerajaan (kingdom, regnum) oleh Robert H. Whittaker, hewan dimasukkan ke dalam Regnum Animalia yang meliputi Phylum Porifera (hewan berpori/spon), Cnidaria (hewan berongga), Plathyhelminthes (cacing pipih), Nematoda (cacing gilig), Annelida (cacing gelang), Mollusca (hewan lunak), Echinodermata (hewan berkulit duri), Arthropoda (hewan beruas), dan Chordata (hewan dengan sumbu tubuh).
Semua hewan adalah multiseluler dalam arti tubuhnya tersusun atas banyak sel. Dengan definisi ini, hewan berbeda dengan organisme bersel satu (organisme uniseluler), seperti bakteri (Bacteriae) dan ganggang biruhijau (Cyanophyta) yang keduanya dimasukkan dalam Regnum Monera; serta organisme uniseluler-koloni yang aktif bergerak yaitu protozoa (Regnum Protista).
Organisme multiseluler tidak hanya hewan saja. Jamur (Regnum Fungi) dan tumbuhan (Regnum Platae) juga organisme multiseluler. Perbedaan hewan dengan jamur dan tumbuhan terletak pada struktur selnya. Sel hewan tidak memiliki dinding sel, tidak memiliki kloroplas, tidak memiliki vakuola pusat, tetapi memiliki sentosom dan lisosom.
Buku Ekologi Hewan
Salah satu buku yang membahas ekologi hewan adalah buku Penulis: DR. SAROYO SUMARTO, M.Si. dan DR. RONI KONERI, S.Pd., M.Si.
Ekologi hewan merupakan cabang ekologi dengan fokus kajian pada hewan sehingga didefinisikan sebagai ilmu yang memelajari hubungan interaksi antara hewan dengan lingkungannya.
Buku ini diperuntukkan bagi mahasiswa sarjana 1 untuk program studi Biologi, Kehutanan, Peternakan, dan bagi mereka yang ingin mendalami dasar-dasar ekologi hewan. Buku ini memuat materi tentang Konsep Dasar Ekologi Hewan, Hewan dan Lingkungannya, Konsep Ekosistem, Populasi, Komunitas, Perilaku, dan Metodologi Penelitian Ekologi Hewan.
Adapun daftar isi buku ini, yaitu
- Konsep Dasar Ekologi Hewan
- Hewan dan Lingkungannya
- Konsep Ekosistem
- Populasi
- Komunitas
- Perilaku
- Metodologi Penelitian Ekologi Hewan
Hewan, sebagaimana makhluk hidup lainnya, menempati lokasi bersama dengan makhluk hidup lainnya dan makhluk tak hidup yang bersama-sama membentuk lingkungan hidup hewan. Antara makhluk hidup dan lingkungannya saling berinteraksi satu sama lain dalam suatu sistem yang kompleks.
Sistem yang terbentuk karena interaksi makhluk hidup dengan lingkungannya disebut ekosistem, sedangkan ilmu yang mempelajari ekosistem disebut ekologi. Ekologi berasal dari bahasa Yunani oikos yang berarti rumah dan logos yang berarti ilmu atau studi tentang sesuatu.
Dengan demikian ekologi didefinisikan sebagai studi ilmiah tentang hubungan makhluk hidup (organisme) dengan lingkungannya.
Ekosistem sebagaimana disebutkan di depan, merupakan suatu jejaring komunitas atau hubungan jejaring antarindividu yang menyusun satu kesatuan yang terorganisasi secara mandiri dan terdapat pola-pola dan proses-proses yang berjenjang secara kompleks.
Ekosistem tersusun atas dua macam komponen, yaitu komponen makhluk hidup (biotik) dan komponen makhluk tak hidup (abiotik). Komponen abiotik terdiri dari komponen benda mati seperti batu, udara, sinar matahari, dan air; serta komponen kimia-fisik seperti gravitasi, suhu, curah hujan, dan salinitas.
Ekosistem menyediakan berbagai sumber daya untuk kelangsungan hidup organisme di dalamnya yang biasanya dikenal juga sebagai biodiversitas (keragaman hayati). Biodiversitas yaitu konsep tentang variabilitas makhluk hidup dari berbagai sumber (ekosistem darat, laut, danau, sungai, dan sebagainya) dengan tingkatan dari gen, spesies, dan ekosistem.
Secara praktis, biodiversitas biasanya hanya diperuntukkan untuk keragaman spesies, suatu konsep yang dikenal juga sebagai kekayaan spesies.
Ekologi ialah subdisiplin dari biologi atau ilmu yang mempelajari tentang makhluk hidup. Kata ekologi (“oekologie”) diciptakan pada tahun 1866 oleh ilmuwan Jerman Ernst Haeckel (1834–1919).
Haeckel merupakan seorang ahli hewan (zoolog), seniman, penulis, dan terakhir sebagai profesor anatomi komparatif. Para ahli filsafat Yunani sebelumnya seperti Hippocrates dan Aristoteles, merupakan para ahli yang bekerja dengan mengamati sejarah alam hewan dan tumbuhan, yang pada perkembangannya dikenal sebagai ekologi.
Ekologi moderen pada umumnya merupakan percabangan dari sejarah alam, ilmu yang muncul pada akhir abad ke-10. Charles Darwin dengan teori evolusinya mengembangkan konsep adaptasi yang diperkenalkan pada tahun 1859 merupakan batu pertama yang sangat penting dalam teori ekologi modern.
Ekologi tidak sinonim dengan lingkungan, paham lingkungan, sejarah alam, atau ilmu lingkungan. Ekologi sangat berkaitan dekat dengan fisiologi, evolusi, genetika, dan perilaku. Pemahaman tentang bagaimana keragaman hayati (biodiversitas) mempengaruhi fungsi ekologis merupakan bidang fokus yang penting dalam studi ekologi.
Ekosistem mempertahankan setiap fungsi penyokongan hidup di planet Bumi ini, yang mencakup pengaturan iklim, penyaringan air, pembentukan tanah (pedogenesis), pangan, serat, obat-obatan, pengontrolan erosi, dan banyak fungsi lainnya seperti nilai sejarah, nilai sosial, estetika, dan ilmiah.
Ekologi berupaya menjelaskan berbagai pertanyaan di bawah ini.
- Proses-proses hidup dan adaptasi
- Distribusi dan kelimpahan organisme
- Pergerakan/perpindahan materi dan energi melalui komunitas hidup
- Perkembangan suksesif ekosistem
- Kelimpahan dan distribusi biodiversitas dalam konteks lingkungan.
Terdapat banyak aplikasi praktis ekologi dalam bidang biologi konservasi, manajemen sumber daya alam (pertanian, kehutanan, perikanan), perencanaan kota (ekologi urban), kesehatan masyarakat, ekonomi, ilmu dasar dan terapan, dan menyediakan kerangka konseptual untuk memahami dan meneliti interaksi sosial manusia (ekologi manusia).
Ekologi Hewan Pdf
Ekologi adalah ilmu pengetahuan tentang hubungan antara organisme dan lingkungannya. H. Reiter pada tahun 1865, pertama kali mengemukakan istilah “Ekologi” yang berasal dari bahasa Yunani oikos yang berarti rumah dan logos yang berarti pengetahuan tentang sesuatu (McNaughton dan Wolf, 1998).
Dua akar kata ini menjadi fokus yang mendasar bahwa Ekologi sebagai bagian dari ilmu Biologi berbeda dengan Ilmu Pengetahuan Alam lainnya. Ekologi menjadi ilmu pengetahuan yang dapat memahami bagaimana alam itu terorganisasi dan berfungsi.
Ekologi yang pada awalnya mengetengahkan fenomena alam, kemudian berkembang menjadi ilmu pengetahuan modern yang bertumpu pada hipotesis dan eksperimen dari perolehan informasi tentang sejarah alam baik di laboratorium maupun di lapangan.
Pengetahuan ekologi sifatnya beragam karena perkembangannya berawal dari berbagai bidang ilmu pengetahuan yang sangat berbeda-beda, seperti ilmu fisika, ilmu kimia atau ilmu perilaku hewan dalam lingkungan alami atau dalam lingkungan buatan.
Setelah itu perkembangannya dilanjutkan dengan pendekatan pemecahan masalah yang bertumpu pada teori dan data yang dapat mengungkapkan tentang kenyataan fenomena alam secara ilmiah.
Jika pada saat ini teori dan aplikasi ilmu pengetahuan ekologi dapat menjelaskan masalah yang paling mengemuka seperti tentang lingkungan hidup dan keanekaragaman hayati (biodiversity) yang mulai dipermasalahkan sejak tahun delapan puluhan (Stiling, 1996).
Ternyata ekologi hewan sebagai salah satu ilmu pengetahuan interdisiplin yang modern merupakan salah satu ilmu pengetahuan yang dapat menjembatani ilmu pengetahuan alam seperti biologi, fisika, kimia dengan ilmu-ilmu sosial.
Sehingga Ekologi secara umum atau ekologi hewan secara khusus, penerapannya dapat bermanfaat untuk ilmu pengetahuan, untuk kehidupan manusia atau untuk pelestarian ekosistem sebagai penunjang kehidupan di bentang alam bumi.
Ekologi yang pada awalnya mengetengahkan fenomena alam kemudian berkembang menjadi ilmu pengetahuan modern yang bertumpu pada hipotesis dan eksperimen di laboratorium maupun di lapangan.
Konsep ekologi hewan untuk berbagai bidang kehidupan, agar bersifat lebih operasional sebaiknya diartikan sebagai ”kajian ilmiah yang dapat menjelaskan parameter ruang-waktu yang dapat menentukan dan berpengaruh secara probabilistik kelimpahan dan distribusi populasi biota”.
Kajian ekologi hewan tidak akan akurat tanpa bantuan ekologi tumbuhan karena setara dan saling membutuhkan sehingga keduanya disebut bioekologi
Kajian ekologi hewan dapat mengetengahkan tentang komunitas disebut Sinekologi atau tentang populasi, yang dinamakan Autekologi. Kajian tentang perilaku populasi hewan dikenal sebagai Etologi (Ethology).
Pada masa kini ekologi hewan sebagai ilmu pengetahuan modern yang berkembang bersama statistik dan komputer, kajiannya cenderung dimanfaatkan untuk membuat modeling prediksi fenomena ekologis dari informasi data spasial atau temporal.
Konsep ekologi hewan yang digunakan secara praktis seperti untuk pengelolaan satwa liar, pengendalian hama atau pelestarian hutan dan satwanya dikenal sebagai ekologi hewan terapan.
Ekologi hewan terapan pada saat ini digunakan untuk memecahkan berbagai masalah sosial dan oleh ”komite masyarakat ekologi” telah menjadi kajian tentang: aspek perubahan biosfer, konservasi ekosistem dan keanekaragaman hayati, serta untuk menyusun strategi pembangunan yang berkelanjutan.
Demikianlah pembahasan tentang ekologi hewan. Semoga bisa menambah pengetahuan dan pemahaman kita semua mengenai materi ini, terima kasih.