Psikologi Bermain – Anak Usia Dini

Psikologi Bermain

Psikologi Bermain – Bermain adalah dunia anak. Bermain adalah aktivitas yang menyenangkan dan dari bermain anak terstimulasi perkembangannya. Proses psikologis terjadi selama proses anak bermain. Fungsinya dapat sebagai stimulasi maupun intervensi perkembangan anak.

Bermain sebagai stimulasi dan intervensi banyak dilakukan dalam bidang psikologi klinis dan psikologi pendidikan. Teori bermain baik yang klasik dan modern menjadi dasar dalam menganalisis dampak atau manfaat bermain bagi perkembangan.

Ketika seseorang melakukan permainan, maka di dalamnya terdapat dasar perilaku berpura-pura. Unsur berpura-pura dalam bermain dikenal dengan istilah pretending. Dunia bermain yang dekat dengan anak akan membuat anak merasa nyaman dalam mengungkapkan perasaan ketika dia bermain peran, alat-alat serta pelaksanaan dari play therapy.

Psikologi Bermain Hentakan

Bermain dibedakan menjadi dua macam yaitu bermain aktif dan bermain pasif. Bermain aktif adalah kegiatan yang memberikan kesenangan dan kepuasan pada anak melalui aktivitas yang mereka lakukan sendiri, misal bermain bebas dan spontan, bermain konstruksi, dan bermain peran.

Bermain pasif adalah bentuk lain hiburan yang dilakukan tanpa banyak melibatkan aktivitas fisik, misal membaca, mendengarkan musik, dan menonton film.

1. Bermain Aktif 

Dalam bermain aktif dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu :

  • Kesehatan : anak yang sehat lebih banyak memiliki energi untuk bermain dan lebih memperoleh rasa puas dari apa yang mereka usahakan. Lain hal dengan anak kurang sehat bermain aktif akan cepat menimbulkan rasa lelah.
  • Penerimaan sosial : perasaan diterima oleh teman-teman bermainnya membuat anak lebih memilih bermain aktif.
  • Tingkat kecerdasan anak : anak yang lebih cerdas biasanya akan lebih aktif dibanding yang lain. Tetapi dalam melakukan bermain aktif mereka umumnya mengimbangi dengan permainan lain yang menuntut ketelitian.
  • Jenis kelamin : jelas bahwa anak laki-laki lebih menyukai bermain aktif yang sifatnya agak “kasar” dibanding anak perempuan.
  • Lingkungan tempat dibesarkan.

2. Bermain Pasif 

Beberapa kegiatan bermain pasif adalah membaca, mendengarkan musik, menonton film. Hiburan tentunya kurang memberi manfaat untuk perkembangan fisik motoriknya, tetapi tetap memberi sumbangan bagi anak diantaranya :

  • Sebagai sumber pengetahuan
  • Melakukan identifikasi terhadap tokoh yang dapat membantunya menyesuaikan diri terhadap kehidupan masyarakat.
  • Beberapa hiburan tertentu dapat menghasilkan ilham untuk mendorong kreativitasnya.
  • Dari media masa, anak belajar berbagai peran yang dipikul oleh seseorang dan bagaimana reaksi masyarakat terhadap perilakunya.

Bermain adalah bagian yang alami dan penting dari kehidupan yang sehat dan bahagia, tidak hanya untuk anak-anak tetapi juga untuk orang-orang dari segala usia. Jean Piaget (1962)13 mengemukakan setiap tahapan perkembangan bentuk bermain dapat dibedakan menjadi:

  • Sensory Motor Play (± ¾ tahun-1/2 tahun)

Kegiatan berupa pengulangan dari hal-hal yang dilakukan sebelumnya (reproductive assimilasi) walaupun belum dapat dikategorikan sebagai bermain namun ini adalah cikal bakal dari kegiatan bermain di tahap selanjutnya.

Bentuk dari kegiatan ini antara lain berlari-lari sekeliling ruang tamu, mendorong dan menarik benda.

  • Symbolic atau Make Belive Play (± 2-7 tahun)

Anak mampu menggunakan berbagai benda sebagai simbol atau representasi dari benda lain, misalnya sapu sebagai kuda-kudaan dan main rumah-rumahan. Dalam bermain pura-pura anak menirukan kegiatan yang pernah dijumpainya.

Bermain simbolik berfungsi untuk mengasimilasi dan mengkonsolidasi (menggabungkan) pengalaman emosional anak.

  • Social Play Games with Rules (± 8-11 tahun)

Berkembangnya nalar dan logika yang bersifat lebih obyektif, usia 8-11 tahun anak akan lebih banyak terlibat dalam permainan dengan aturan.

  • Games with Rules & Sport (11 tahun keatas)

Merupakan permainan yang memiliki aturan yang jelas tentang tata cara pelaksanaannya. Pada usia dewasa anak sudah mulai mengurangi kegiatan bermain yang membutuhkan gerak tubuh berlebihan, mereka akan lebih banyak menghabiskan waktu bermain dengan hanya mengobrol atau berjalan-jalan.

Psikologi Bermain Adalah

Makna Harafiah Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia : – Main : berbuat sesuatu untuk menyenangkan hati (dengan menggunakan alat tertentu atau tidak. – Bermain : melakukan perbuatan untuk menyenangkan hati, melakukan sesuatu untuk bersenang-senang ; berbuat sesuatu untuk bersenang-senang saja.

Permainan : sesuatu yang digunakan untuk bermain ; barang atau sesuatu yang dipermainkan. Menurut Johnherf10 dalam situsnya menjelaskan permainan dalam Bahasa Inggris disebut games yaitu pola tindakan bermain yang mengandung aturan tertentu, yang pada umumnya mempunyai unsur kompetisi, kontes atau pertandingan.

Sedangkan mainan dalam bahasa inggris disebut toys yang mengacu pada benda-benda yang dibuat main. Dalam bermain kebutuhan perkembangan psikologis individu terpenuhi. Fisik tubuh senantiasa diolah melalui pengenalan berbagai bentuk, merasakan tekstur, berlari, melompat, dan merangkai sebagai pengembangan motorik.

Permainan akan mengasah kepekaan anak-anak akan keteraturan, urutan, dan waktu serta meningkatkan kemampuan logis (logika). Melalui permainan ini anak-anak juga dapat belajar bagaimana menghargai harmoni dan melakukan kompromi pada lingkungan sosialnya.

Makna Bermain bagi Perkembangan Anak Dunia anak adalah dunia bermain, bermain akan mengajarkan anak berbagai hal dan bermain adalah salah satu hak hakiki pada anak.

Dalam konvensi tentang hak – hak anak oleh PBB tanggal 30 November 1999, pasal 31 ayat 1 disebutkan “Negara-negara peserta mengakui hak atas waktu luang dan waktu istirahat, untuk beristirahat, untuk melakukan kegiatan bermain dan berekreasi yang sesuai dengan usia anak…” adalah jelas bahwa bermain tidak dapat dipisahkan dari anak-anak.

Melalui bermain anak dapat mencapai perkembangan fisik, intelektual, emosi, dan sosial. Perkembangan secara fisik dapat dilihat saat bermain antara lain melalui keaktifannya dalam permainan dan jenis permainan yang dipilih.

Perkembangan kognitif dapat dilihat dari kemampuannya menggunakan dan memanfaatkan lingkungan. Perkembangan emosi dapat dilihat ketika anak merasa senang, menang, kalah, dan marah.

Perkembangan sosial dapat dilihat dari cara ia menjalin hubungan dengan teman sebaya atau kelompoknya, menolong, dan memperhatikan kepentingan orang lain. Bermain tidak otomatis melainkan dipelajari.

Bermain salah satu faktor terpenting dalam pembelajaran anak tentang cara berinteraksi dengan anak lain. Bermain mengembangkan pemikiran abstrak, kemampuan berimajinasi serta kreatif dan memproyeksikan secara imajinatif.

Prinsip bermain adalah memahami bahwa bermain memperkaya kedua sisi otak, otak kanan dan kiri. Jadi bermain dengan cerdas menjadi penting untuk anak dalam mengumpulkan pengalaman yang penting bagi perkembangan.

Bermain adalah wahana improvisasi dan kombinasi, kebutuhan anak untuk mengeksploitasi, bertemu dan bermain bersama anak lain agar tidak terlalu dicampuri.

Dalam bermain anak-anak mampu menguasai diri sendiri dan mempelajari kekuatan mereka dalam hubungannya dengan orang lain, menangkap nilai-nilai sosial, dan tanggung jawab.

Gaya bermain dan cara bermain masa kecil mencerminkan bagaimana ia akan berhubungan dengan orang lain dalam sisa hidupnya.

Demikianlah detail informasi terkait Psikologi Bermain. Semoga dengan adanya pembahasan ini bisa menambah pemahaman kita semua mengenai Psikologi Bermain tersebut, terima kasih.

 

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *