Krisis Moneter dan Dampaknya Terhadap Ekonomi Indonesia

Krisis Moneter

Krisis Moneter adalah kondisi terpuruknya perekonomian suatu negara yang menyebabkan harga-harga aset mengalami penurunan tajam. Selain itu, krisis keuangan juga bisa membuat masyarakat tidak bisa melunasi utang dan industri perbankan kekurangan likuiditas.

Kondisi krisis moneter tentunya akan memicu kepanikan masyarakat sehingga mereka berlomba-lomba menjual aset dan menarik dana dari rekening tabungan. Hal tersebut dilakukan untuk menghindari risiko kerugian karena harga aset yang terus menurun apabila tetap disimpan.

Tindakan tersebut selanjutnya akan berdampak buruk pada pasar saham, pemerintah, serta menimbulkan krisis mata uang.

Adapun ciri-ciri negara yang sedang mengalami krisis moneter yaitu sebagai berikut.

  • Jumlah utang luar negeri lebih besar dibandingkan pendapatan negara
  • Negara mengalami inflasi yang tidak bisa dikendalikan, misalnya seperti harga pokok melonjak naik dan menyebabkan mata uang kehilangan nilainya
  • Kurs pertukaran mata uang tidak seimbang
  • Tingginya suku bunga yang melebihi batas wajar

Adapun beberapa hal yang menjadi penyebab krisis moneter adalah sebagai berikut.

  • Nilai Mata Uang Merosot
  • Utang Negara Meningkat
  • Kepanikan Perbankan
  • Kenaikan Suku Bunga
  • Sektor Produksi Tidak Seimbang
  • Krisis Politik

Adapun beberapa dampak yang bisa ditimbulkan oleh krisis moneter, di antaranya:

  • Perusahaan Mengalami Kebangkrutan
  • Bank Mengalami Krisis Keuangan
  • Terjadi Kerusuhan Nasional

Apa itu Krisis Moneter?

Krisis moneter adalah situasi darurat dalam sistem ekonomi di mana nilai tukar mata uang negara mengalami penurunan yang tajam, menyebabkan inflasi yang tinggi dan berdampak negatif pada seluruh sektor ekonomi. Krisis semacam ini dapat disebabkan oleh berbagai faktor, termasuk ketidakstabilan keuangan, defisit anggaran, dan ketidakseimbangan perdagangan.

Penyebab Krisis Moneter di Indonesia

Krisis moneter yang terjadi di Indonesia pada tahun 1997 menjadi peristiwa bersejarah yang menyentak perekonomian negara. Beberapa faktor penyebab krisis ini antara lain:

  1. Ketergantungan Terhadap Utang Asing: Indonesia terlalu bergantung pada modal asing, sehingga ketika terjadi kepanikan di pasar global, banyak investor asing menarik modal mereka dari Indonesia.
  2. Ketidakstabilan Sistem Keuangan: Lemahnya regulasi dan pengawasan dalam sektor keuangan menyebabkan tingginya spekulasi dan risiko kredit yang tidak terkendali.
  3. Defisit Anggaran dan Neraca Perdagangan: Defisit anggaran yang tinggi dan neraca perdagangan yang tidak seimbang menyebabkan tekanan pada nilai tukar rupiah.

Dampak Krisis Moneter Terhadap Ekonomi Indonesia

Krisis moneter memiliki dampak yang luas terhadap perekonomian Indonesia, termasuk:

  1. Depresiasi Mata Uang: Nilai tukar rupiah terhadap dolar AS dan mata uang lainnya mengalami depresiasi drastis, mengakibatkan inflasi tinggi dan kenaikan harga barang dan jasa.
  2. Peningkatan Pengangguran: Banyak perusahaan terpaksa melakukan pemutusan hubungan kerja untuk mengatasi penurunan permintaan dan kebangkrutan.
  3. Krisis Likuiditas: Banyak perusahaan menghadapi kesulitan dalam memenuhi kewajiban keuangan mereka, menyebabkan lonjakan kebangkrutan.
  4. Pengurangan Investasi: Investasi asing menurun tajam, menghambat pertumbuhan ekonomi jangka panjang Indonesia.

Strategi Mengatasi Krisis Moneter

Untuk mengatasi krisis moneter dan mencegahnya terulang, pemerintah dan pelaku ekonomi dapat mengambil beberapa langkah strategis:

1. Mengurangi Ketergantungan Terhadap Utang Asing

Mengurangi ketergantungan terhadap modal asing dapat dilakukan dengan mendorong investasi domestik dan menciptakan iklim bisnis yang kondusif bagi investor lokal. Diversifikasi sumber pendanaan juga penting agar negara tidak terlalu bergantung pada satu sumber modal.

2. Meningkatkan Regulasi dan Pengawasan Keuangan

Penguatan regulasi dan pengawasan sektor keuangan adalah kunci untuk mencegah terulangnya krisis finansial. Pemerintah harus memastikan lembaga keuangan memiliki ketahanan yang cukup dan memperketat pengawasan terhadap spekulasi berlebihan.

3. Pengendalian Defisit Anggaran dan Neraca Perdagangan

Mengelola defisit anggaran dan neraca perdagangan dengan bijaksana sangat penting untuk menjaga stabilitas ekonomi. Pemerintah harus melakukan langkah-langkah efektif untuk mengurangi defisit dan meningkatkan ekspor guna meningkatkan pendapatan negara.

Krisis Moneter 2023

Dari sejumlah indikator, sampai awal Februari 2023 telah terjadi perbaikan ekonomi dunia yang bergejolak sejak 2022. Ekonomi dunia tahun 2023 tidak seburuk seperti banyak diperkirakan orang. Resesi dunia dapat dihindari.

Meski lebih tepat disebut perlambatan ekonomi, kondisi ekonomi dunia cukup berat. Cukup jauh dari tren jangka panjang, yaitu rata-rata sekitar 3,8 persen. Perlambatan ekonomi juga disertai dengan harga tinggi sehingga sulit dilakukan langkah kontrasiklikal yang kuat untuk mendorong perekonomian dunia.

Kalaupun disebut resesi global, kondisi ekonomi dunia 2023 diperkirakan lebih ringan dibandingkan krisis sebelumnya. Yang paling dekat adalah resesi sebagai dampak langsung dari pandemi Covid-19.

Tahun 2020, ekonomi dunia terkontraksi 3,0 persen. Sedikit agak jauh ke belakang adalah resesi ekonomi dunia 2009 yang terjadi karena krisis keuangan global tahun 2008.

Sampai awal Februari 2023 telah terjadi perbaikan terhadap ekonomi dunia yang bergejolak sejak 2022. Harga berbagai komoditas menurun karena ekspektasi perlambatan ekonomi dunia meski masih di atas sebelum pandemi.

Inflasi mulai terkendali di sejumlah negara besar. Pertumbuhan ekonomi sampai triwulan IV-2022 di sejumlah negara dan kawasan relatif stabil. Perlambatan moderat terjadi di beberapa negara. Kontraksi tentu saja juga terjadi di Rusia dan Ukraina.

Krisis Moneter 1997

Krisis moneter yang melanda Indonesia pada tahun 1997 telah berubah menjadi krisis ekonomi, yakni lumpuhnya kegiatan ekonomi karena semakin banyak perusahaan yang tutup dan meningkatnya jumlah pekerja yang menganggur.

Penyebab dari krisis ini salah satunya karena utang swasta  luar  negeri  yang  telah  mencapai  jumlah  yang  besar karena nilai tukar dollar AS yang mengalami overshooting yaitu merosotnya nilai tukar rupiah yang sangat tajam, akibat dari serbuan yang mendadak dan secara bertubi-tubi terhadap dollar AS (spekulasi) dan jatuh temponya utang swasta luar negeri dalam jumlah besar.

Penyebab Krisis Moneter 1997 di Indonesia

  • Spekulan Asing

Krisis moneter kiriman yang berawal dari Thailand antara Maret sampai Juni 1997, yang diserang terlebih dahulu oleh spekulan dan kemudian menyebar ke negara Asia lainnya termasuk Indonesia Krisis moneter yang terjadi sudah saling kait-mengkait di kawasan Asia Timur dan tidak bisa dipisahkan satu sama lainnya.

Kebijakan fiskal dan moneter tidak konsisten dalam suatu sistim nilai tukar dengan pita batas intervensi.

  • Sistem ini menyebabkan apresiasi nyata dari nilai tukar rupiah dan mengundang tindakan spekulasi ketika sistem batas intervensi ini dihapus pada tanggal 14 Agustus 1997.

Terkesan tidak adanya kebijakan pemerintah yang jelas dan terperinci tentang bagaimana mengatasi krisis dan keadaan ini masih berlangsung hingga saat ini. Ketidak mampuan pemerintah menangani krisis menimbulkan krisis kepercayaan dan mengurangi kesediaan investor asing untuk memberi bantuan finansial dengan cepat.

  • Defisit neraca berjalan yang semakin membesar

Hal ini disebabkan karena laju peningkatan impor barang dan jasa lebih besar dari ekspor dan melonjaknya pembayaran bunga pinjaman. Sebab utama adalah nilai tukar rupiah yang sangat overvalued, yang membuat harga barang-barang impor menjadi relatif murah dibandingkan dengan produk dalam negeri.

  • Penanam modal asing portfolio yang pada awalnya membeli saham besar-besaran dimingimingi keuntungan yang besar yang ditunjang oleh perkembangan moneter yang relatif stabil kemudian mulai menarik dananya keluar dalam jumlah besar.

Selisih tingkat suku bunga dalam negeri dengan luar negeri yang besar dan kemungkinan memperoleh keuntungan yang relatif besar dengan cara bermain di bursa efek, ditopang oleh tingkat devaluasi yang relatif stabil sekitar 4% per tahun sejak 1986 menyebabkan banyak modal luar negeri yang mengalir masuk.

Setelah nilai tukar Rupiah tambah melemah dan terjadi krisis kepercayaan, dana modal asing terus mengalir ke luar negeri meskipun dicoba ditahan dengan tingkat bunga yang tinggi atas surat-surat berharga Indonesia.

Kesalahan juga terletak pada investor luar negeri yang kurang waspada dan meremehkan resiko. Krisis ini adalah krisis kepercayaan terhadap rupiah.

Demikianlah pembahasan mengenai krisis moneter. Semoga Indonesia tidak dilanda krisis moneter yang buruk di tahun-tahun berikutnya.

 

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *