Keamanan Non Tradisional: Meningkatkan Proteksi Dalam Era Digital

Keamanan Non Tradisional

Keamanan Non Tradisional Wajib Diketahui – Hello sobat, kali ini kita kembali lagi dengan berita terbaru terkait dengan hal-hal menarik setiap harinya. Kali ini akan ada informasi mengenai Keamanan Non Tradisional.

Jelaskan Arti Ancaman Keamanan Non Tradisional

Defenisi keamanan (security) dapat dipahami secara sederhana sebagai suatu keadaan yang bebas dari segala bentuk ancaman, bahaya, kecemasan, dan ketakutan.

Dalam studi-studi keamanan (Security Studies), pendekatan atau paradigam dominan yang menjadi mainstream utama dalam studi-studi keamanan internasional adalah perspektif realis.

Dalam perspektif ini, fokus konsep keamanan bersifat terbatas atau didefenisikan secara sempit, sebagaimana dikemukan oleh Stephen M.Walt (1991), “security studies may be defined as the study of the threat, use and control of military force”.

Singkatnya, menurut Walt, studi keamanan merupakan studi mengenai fenomena perang. Pendekatan Walt tersebut mewakili perspektif realisme yang juga dikenal dengan traditional security (TS) atau conventional security.

Pendekatan tradisional ini mendefenisikan keamanan dalam istilah geo-politik dan dibatasi pada hubungan antara negara-negara dan yang berkenaan dengan isu-isu seperti nuclear deterrence, balance of power, dan military strategy.

Dengan kata lain, ancaman keamanan tradisional (traditional security/TS) ditafsirkan sebagai bentuk ancaman keselamatan negara pada aspek militer atau ancaman fisik saja bersumber dari luar.

Perspektif pluralisme dan konstruksivisme pula melihat isu-isu keamanan secara lebih luas, bervariasi dan dalam dibandingkan fokus realisme.

Penekanan kedua pendekatan tersebut bukan hanya seputar ancaman militeristik saja atau interaksi antar aktor negara saja melainkan juga melihat tampilnya aktor-aktor non-negara (non-state actors) yang jamak dalam hubungan internasional.

Hal ini seperti MNCs (Multinational corporations), IGOs (integovernmental Organizations seperti PBB, ASEAN, UE), kelompok-kelompok penekan (pressure groups), kelompok teroris, maupun individuindividu.

Demikian pula dengan isu-isu keamanan yang mengalami perkembangan berupa perluasan makna yang tidak hanya terfokus pada aspek-aspek yang bersifat militeristik atau fisik saja.

Akan tetapi konsep keamanan telah mengalami perkembangan pada berbagai aspek non-militer atau dikenal juga sebagai non-traditional security (NTS) atau keamanan non-tradisional.

Contoh Keamanan Non Tradisional

Isu-isu keamanan non-tradisional terentang luas dalam berbagai area yang berbeda-beda namun saling terkait dan terkadang overlapping – seperti ancaman keamanan lingkungan hidup (environmental security), keamanan pangan (food security), keamanan ekonomi (economic security), keamanan energi (energy security), keamanan manusia (human security), keamanan maritim (maritime security) dan lain sebagainya2.

Kesemua isu-isu ini dinilai memiliki impak serius terhadap semua level baik itu keamanan bagi manusia (human security), keamanan nasional (national security), keamanan regional (regional security), keamanan internasional atau global (international security).

Perkembangan dari segi aktor internasional dan isu-isu keamanan itu selanjutnya membuat interaksi keamanan global kontemporer menjadi lebih kompleks dan bervariasi.

Dalam konteks keamanan maritim, ancaman juga telah meluas tidak hanya berupa ancaman militer dari negara lain tetapi juga berupa gangguangangguan maritim yang dapat menimbulkan “terror”.

Hal ini karena efek besar yang ditimbulkannya baik secara sosial, ekonomi, politik, maupun militer yang dapat mempengaruhi konstalasi hubungan antar negara.

Ancaman atau gangguan tersebut ada yang terjadi karena faktor alam seperti pengaruh perubahan iklim global yang menyebabkan kerusakan ekosistem atau ekologi laut dan menyebabkan kelangkaan sumber-sumber laut, dan ada juga gangguan yang bersumber dari aktivitas illegal di laut yang dilakukan oleh manusia.

Namun untuk membatasi pembahasan dalam tulisan ini, maka isu utama yang akan diangkat adalah tiga gangguan yang paling sering disorot oleh para analis dalam konteks Selat Malaka yaitu perompakan (piracy), perampokan di laut (sea robbery), dan terorisme maritim (maritime terrorism) 3.

Sebagian mengasumsikan bahwa semakin luas wilayah perairan laut suatu negara, semakin besar pula resiko ancaman yang dapat dihadapi sehingga besar pula tugas dan tanggung-jawab menghadapinya.

Kekhawatiran terbesar terhadap serangan terorisme internasional, misalnya, karena ancaman terorisme tak hanya di udara dan di darat tetapi juga di laut. Sehingga dalam hal ini, wilayah laut berpotensi dimanfaatkan untuk aksi-aksi kejahatan maritim.

Dalam perkembangannya, antara keamanan tradisional dan keamanan nontradisional saling memiliki kaitan dan kerap saling mempengaruhi apabila ancaman keamanan non-traditional merupakan kepentingan nasional (national interest) suatu negara sehingga suatu negara dapat saja menggunakan kekuatan militer untuk melindungi kepentingan nasionalnya tersebut.

Korelasi antara kedua area isu tersebut dapat dilihat dari pilihan-pilihan strategi yang ditempuh oleh sebuah negara sebagai respon ketika berupaya untuk melindungi kepentingan nasionalnya masing-masing – antara memilih bekerjasama secara bilateral, atau secara multilateral atau memilih bertindak secara unilateral.

Sebelum membahas mengenai hal ini, maka terlebih dahulu penting untuk mengeksplorasi nilai strategis yang dimiliki oleh Selat Malaka dan sekaligus situasi rawan yang dihadapi oleh negara-negara yang berkepentingan di dalamnya.

Demikianlah informasi menarik kali ini mengenai Keamanan Non Tradisional. Semoga bermanfaat dan menginspirasi.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *