Geologi Batu Bara: Mengungkap Rahasia Tersembunyi di Bawah Permukaan

Geologi Batu Bara

Geologi Batu Bara –  Pada penentuan besarnya sumberdaya batubara, harus melibatkan parameter ketebalan, kemiringan, kemenerusan, keteraturan, sebaran, bentuk, kondisi roof dan floor, cleat dan pelapukan sesuai dengan tingkat penyelidikannya. 

Kenyataan di lapangan lapisan batubara hadir dengan ketebalan yang mengalami penebalan dan penipisan. Kemiringan lapisan batubara dilapangan berkisar > 450 (miring curam), (menurut Jeremic, 1985 dalam Kuncoro, 2000). 

Besarnya kemiringan lapisan batubara sangat mempengaruhi, apakah batubara tersebut menerus sepanjang cross strike maupun on strike atau hanya bersifat setempat. 

Demikian halnya dengan kemenerusan, selain jarak kemenerusan, maka faktor pengendalinya juga perlu diketahui, yaitu apakah kemenerusannya dibatasi oleh proses pengendapan, erosi dan aktifitas tektonik seperti sesar, lipatan, dan intrusi.

Geologi Batu Bara merupakan 

Batubara adalah salah satu bahan bakar fosil. Pengertian umumnya adalah batuan sedimen yang dapat terbakar, terbentuk dari endapan organik, utamanya adalah sisa-sisa tumbuhan dan terbentuk melalui proses pembatubaraan. Unsur-unsur utamanya terdiri dari karbon, hidrogen dan oksigen.

Batubara merupakan sumber energi masa depan (Heriawan 2000). Batubara merupakan batuan sedimen (padatan) yang dapat terbakar berasal dari tumbuhan, berwarna coklat sampai hitam, yang sejak pengendapannya terkena proses fisika dan kimia yang mengakibatkan pengkayaan kandungan karbonnya (Wolf 1984 dalam Anggayana 1999).

Penyebaran endapan batubara di Indonesia ditinjau dari sudut geologi sangat erat hubungannya dengan penyebaran formasi sedimen yang berumur tersier yang terdapat secara luas di sebagian besar kepulauan di Indonesia. 

Batubara di Indonesia dapat dibedakan tiga jenis berdasarkan cara terbentuknya. Pertama, batubara paleogen yaitu endapan batubara yang terbentuk pada cekungan intramontain terdapat di Ombilin, Bayah, Kalimantan Tenggara, Sulawesi Selatan, dan sebagainya. 

Kedua, batubara neogen yakni batubara yang terbentuk pada cekungan foreland terdapat di Tanjung Enim Sumatera Selatan. Ketiga, batubara delta, yaitu endapan batubara di hampir seluruh Kalimantan Timur (Anggayana 1999).

Geologi Batu Bara termasuk ke dalam jenis

Hampir seluruh pembentuk batu bara berasal dari tumbuhan. Jenis-jenis tumbuhan pembentuk batu bara dan umurnya menurut Diessel (1981) adalah sebagai berikut:

  • Alga, dari Zaman Pre-kambrium hingga Ordovisium dan bersel tunggal. Sangat sedikit endapan batu bara dari perioda ini.
  • Silofita, dari Zaman Silur hingga Devon Tengah, merupakan turunan dari alga. Sedikit endapan batu bara dari perioda ini.
  • Pteridofita, umur Devon Atas hingga Karbon Atas. Materi utama pembentuk batu bara berumur Karbon di Eropa dan Amerika Utara. Tetumbuhan tanpa bunga dan biji, berkembang biak dengan spora dan tumbuh di iklim hangat.
  • Gimnospermae, kurun waktu mulai dari Zaman Permian hingga Kapur Tengah. Tumbuhan heteroseksual, biji terbungkus dalam buah, semisal pinus, mengandung kadar getah (resin) tinggi. 

Jenis Pteridospermae seperti gangamopteris dan glossopteris adalah penyusun utama batu bara Permian seperti di Australia, India dan Afrika.

  • Angiospermae, dari Zaman Kapur Atas hingga kini. Jenis tumbuhan modern, buah yang menutupi biji, jantan dan betina dalam satu bunga, kurang bergetah dibanding gimnospermae sehingga, secara umum, kurang dapat terawetkan.

Berdasarkan tingkat proses pembentukannya yang dikontrol oleh tekanan, panas dan waktu, batu bara umumnya dibagi dalam lima kelas: antrasit, bituminus, sub-bituminus, lignit dan gambut.

  • Antrasit adalah kelas batu bara tertinggi, dengan warna hitam berkilauan (luster) metalik, mengandung antara 86% – 98% unsur karbon (C) dengan kadar air kurang dari 8%.
  • Bituminus mengandung 68 – 86% unsur karbon (C) dan berkadar air 8-10% dari beratnya. Kelas batu bara yang paling banyak ditambang di Australia.
  • Sub-bituminus mengandung sedikit karbon dan banyak air, dan oleh karenanya menjadi sumber panas yang kurang efisien dibandingkan dengan bituminus.
  • Lignit atau batu bara coklat adalah batu bara yang sangat lunak yang mengandung air 35-75% dari beratnya.
  • Gambut, berpori dan memiliki kadar air di atas 75% serta nilai kalori yang paling rendah.

Proses perubahan sisa-sisa tanaman menjadi gambut hingga batu bara disebut dengan istilah pembatu baraan (coalification). Secara ringkas ada 2 tahap proses yang terjadi, yakni:

  • Ø Tahap Diagenetik atau Biokimia, dimulai pada saat material tanaman terdeposisi hingga lignit terbentuk. 

Agen utama yang berperan dalam proses perubahan ini adalah kadar air, tingkat oksidasi dan gangguan biologis yang dapat menyebabkan proses pembusukan (dekomposisi) dan kompaksi material organik serta membentuk gambut.

  • Ø Tahap Malihan atau Geokimia, meliputi proses perubahan dari lignit menjadi bituminus dan akhirnya antrasit.

Faktor yang berpengaruh dalam pembentukan batubara adalah :

¨  Posisi geotektonik

Adalah suatu tempat yang keberadaannya dipengaruhi oleh gaya-gaya tektonik lempeng dalam pembentukan batubara merupakan faktor yang dominan akan mempengaruhi iklim lokal dan morfologi cekungan pengendapan dan kecepatan penurunan cekungan Pada fase akhir.

Posisi geotektonik mempengaruhi proses metamorfosa organik dan struktur lapangan batubara melalui masa sejarah setelah pengendapan akhir

¨  Topografi (morfologi)

Morfologi dari cekungan pada saat pembentukan gambut sangat penting karena menentukan penyebaran rawa-rawa dimana batubara tersebut terbentuk

¨  Iklim

Kelembaban mengontrol pertumbuhan flora dan kondisi yang sesuai  tergantung posisi geografi dan dipengaruhi oleh posisi geotektonik Tropis dan subtropis sesuai untuk pertumbuhan yang optimal hutan rawa tropis mempunyai siklus pertumbuhan setiap 7-9 tahun.

Dengan ketinggian pohon mencapai 30 m. Sedang iklim yanng lebih dingin ketinggian pohon hanya mencapai 5-6 meter dalam waktu yang sama.

¨  Penurunan cekungan

Penurunan cekungan dipengaruhi oleh gaya-gaya tektonik jika penurunan dan pengendapan gambut seimbang maka akan dihasilkan endapan batubara yang tebal. Pergantian transgresi dan regresi mempengaruhi pertumbuhan flora dan pengendapannya. 

Menyebabkan adanya infiltrasi material dan mineral yang mempengaruhi mutu dari batubara yang terbentuk.

¨  Umur geologi

Proses geologi menentukan berkembangnya evolusi kehidupan tumbuhan Makin tua umur suatu batuan akan memiliki kemungkinan makin dalam penimbunan yang terjadi hingga mampu terbentuk batubara bermutu tinggi.

Sejarah Panjang Batu Bara

Batu bara adalah salah satu sumber daya alam paling berharga dan diperlukan di seluruh dunia. Namun, untuk memahami geologi batu bara, kita perlu kembali ke masa lalu. Batu bara terbentuk jutaan tahun yang lalu melalui proses yang rumit.

Proses Pembentukan Batu Bara

  1. Akumulasi Bahan Organik: Batu bara terbentuk dari tumbuhan dan materi organik lain yang terakumulasi di bawah tekanan dan panas tinggi di dasar perairan dan lautan.
  2. Transformasi Kimiawi: Proses anaerobik menyebabkan perubahan kimia pada bahan organik ini, mengubahnya menjadi lapisan batu bara yang kaya akan karbon.
  3. Tekanan dan Suhu Tinggi: Selama jutaan tahun, lapisan tersebut mengalami tekanan dan suhu tinggi, mengubah komposisi kimianya.

Jenis-jenis Batu Bara

Terdapat beberapa jenis batu bara, dan pengetahuan tentang geologi batu bara penting untuk memahami perbedaannya:

  1. Antrasit: Batu bara ini memiliki kandungan karbon tertinggi dan memiliki nilai kalor yang sangat tinggi. Biasanya digunakan dalam pembangkit listrik.
  2. Bituminus: Jenis batu bara ini lebih umum digunakan dan memiliki kandungan karbon yang lebih rendah dibanding antrasit.
  3. Sub-bituminus: Batu bara ini memiliki sedikit karbon dan lebih banyak air daripada jenis lainnya. Digunakan dalam industri kimia.
  4. Lignit: Lignit adalah jenis batu bara yang paling muda dan memiliki kandungan karbon yang rendah. Digunakan dalam industri pengolahan.

Ekstraksi dan Pengolahan Batu Bara

Menggali dan mengolah batu bara adalah proses yang kompleks, dan pengetahuan geologi sangat penting dalam mengekstrak sumber daya ini dengan efisien. Proses ini melibatkan:

  1. Penambangan Batu Bara: Proses pertama adalah penambangan batu bara dari lokasi geologi yang kaya akan sumber daya ini.
  2. Pemrosesan: Setelah penambangan, batu bara dihancurkan dan diolah sebelum dapat digunakan sebagai sumber energi.

Dampak Lingkungan

Penting untuk diingat bahwa ekstraksi dan penggunaan batu bara juga memiliki dampak lingkungan yang signifikan. Proses penambangan dapat mengganggu ekosistem lokal dan menghasilkan emisi gas rumah kaca yang merusak.

Nah itulah informasi yang bisa kami bagikan mengenai Geologi Batu Bara, semoga informasi yang kami bagikan ini bermanfaat dan terima kasih telah membaca.

 

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *